Hasmar lubis

Monday 21 March 2016

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan.



PEMELIHARAAN TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM  MENGHASILKAN

1. PENDAHULUAN

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan, yaitu konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, tunas pasir, pengendalian hama dan penyakit, persiapan sarana panen, dan pemeliharaan jalan dan parit drainase. Pemeliharaan masa TBM merupakan lanjutan dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas baik.

2. TUJUAN

Pemeliharaan tanaman dilakukan mulai dari penanaman hingga tanaman mulai di panen yang meliputi penyisipan tanaman, kultur teknis dan persiapan panen, yang bertujuan untuk mencipatkan tanaman yang homogen, produktif dan produksinya tinggi.

3. STANDAR

Melakukan semua kegiatan dengan jadwal peyisipan yang tepat, peneliharaan yang sesuai norma dan persiapan sarana panen yang sesuai kebutuhan.

4. PROSEDUR

4.1. KONSOLIDASI TANAMAN

Konsolidasi pada penanaman kelapa sawit adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit di perkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik. Walaupun demikian karena penanaman biasanya dilaksanakan pada skala yang luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai dengan syarat-syarat kultur teknis.
Kesalahan tanam yang disebabkan penanaman yang terburu-buru dan kurangnya pengawasan akan mengakibatkan kerusakan tanaman, kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu setelah selesai penanaman kelapa sawit di lapangan, masih diperlukan tahap pekerjaan konsolidasi.
Kegiatan konsolidasi meliputi :
·        Menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang, terserang hama dan penyakit.
·        Menegakkan kembali tanaman yang doyong dan tumbang antara lain dengan memadatkan tanah disekeliling tanaman yang masih gembur. Pada penanaman yang terlampau dalam, perlu dilakukan pengorekan tanah di sekeliling tanaman agar tangkai pelepah daun tidak terbenam. Pada pengorekan ini harus dipertimbangkan juga kemungkinan terbentuknya cekungan di sekitar tanaman yang mengakibatkan terjadinya genangan air di musim hujan.

4.2. PENYISIPAN TANAMAN

Hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM dapat menunjukkan jumlah pohon yang akan disisip. Tanaman yang perlu disisip adalah pada areal TBM I, II dan III. Pada TBM III penyisipan dilakukan pada areal kosong yang cukup luas atau mengelompok, namun penyisipan individu tidak dilakukan lagi karena tanaman asli sudah cukup tinggi, sehingga tanaman sisipan terhambat pertumbuhannya. Semua pohon yang mati setelah penanaman harus segera disisip.
Dalam melaksanakan penyisipan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·        Lubang tanaman digali kembali pada asal pohon mati dengan ukuran lubang : ukuran atas 60 cm x 60 cm, dalam lubang 50 cm dan ukuran bawah 40 cm x 40 cm.
·        Bibit sisipan sebelum dikirim ke lapangan harus disiram terlebih dahulu..
·        Cara menanam bibit sisipan sama dengan cara menanam tanaman baru.
·        Setiap lubang tanaman sisipan diberi pupuk  500 g RP/pohon.
·        Bibit untuk kebutuhan sisipan disediakan minimal 5% setiap tahun penanaman.

4.3. PEMELIHARAAN PIRINGAN POHON
Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan, sehingga tanah bersih dari rumput (clean weeding). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual (menggaruk) atau cara kimia (penyemprotan).

4.3.1. Cara Manual

Lebih dahulu diukur garis tengah piringan pohon sesuai dengan ketentuan, kemudian di ujung garis tengah piringan pohon tersebut dibuat batas melingkar keliling pohon. Setelah terbentuk batas piringan pohon yang dimaksud baru digaruk dari pinggir piringan ke arah dalam. Selanjutnya rumput-rumput disingkirkan dari piringan pohon. Jari-jari piringan pohon  disesuaikan dengan umur tanaman kelapa sawit :
- TBM I   =  100 cm
- TBM II  =  125 cm
- TBM III =  150 cm
Rotasi dan kapasitas pengendalian gulma piringan pohon adalah sebagai berikut :
- TBM I   = 2,5 HK/Ha/rotasi, 12 kali setahun
- TBM II  = 3,0 HK/Ha/rotasi, 8 kali setahun
- TBM III = 4,0 HK/Ha/rotasi, 8 kali setahun

4.3.2. Cara Kimia

Pemeliharaan piringan pohon secara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM ke 3, dengan rotasi 6 x setahun (R.6) menggunakan bahan glyphosate dengan dosis 300 cc glyphosate per ha per rotasi. Pada daerah pengembangan karena kekurangan tenaga kerja atau upah buruh yang mahal maka pengendalian gulma dengan cara kimia merupakan suatu alternatif yang efisien dan ekonomis. Pemakaian herbisida pada tanaman muda agar dilakukan dengan ekstra hati-hati sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kelapa sawit.

4.4.  PEMELIHARAAN PENUTUP TANAH
Pengendalian gulma pada tanaman penutup tanah kacangan ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi areal agar tetap murni kacangan, dengan jalan menyingkirkan semua jenis gulma yang tumbuh di areal kacangan tersebut.
Teknik pelaksanaan pengendalian gulma pada areal kacangan adalah sebagai berikut :
1.    Mencabut atau membersihkan semua gulma yang tumbuh di antara tanaman penutup tanah kacangan dengan rotasi yang teratur dengan memakai garuk.
2.    Membersihkan dengan memakai garuk semua gulma yang tumbuh di piringan pohon yang harus selalu bersih dengan teratur dan tidak mengganggu perakaran tanaman pokok.
3.    Membalik dengan tangan atau memotong sulur kacangan yang masuk ke piringan atau yang membelit daun dan pohon kelapa sawit.
4.    Mendongkel gulma berkayu yang tumbuh pada areal penutup tanah kacangan.
Berbagai tingkat penyiangan gulma yang dikenal adalah sebagai berikut :
Po:    Penyiangan yang dilakukan dengan menyingkirkan semua gulma dari permukaan tanah, sehingga tanah benar-benar bersih dari tanaman selain tanaman pokok (clean weeding). Pekerjaan ini dilaksanakan sesaat akan membangun tanaman penutup tanah.
P1:    Penyiangan dilaksanakan dengan mencabut semua gulma yang tumbuh di antara tanaman penutup tanah kacangan sehingga akan diperoleh areal penutup tanah kacangan 100 %. Dilaksanakan pada umur tanaman 0-6 bulan dengan rotasi 2 minggu
P2:    Penyiangan yang dilaksanakan dengan mencabut gulma yang tumbuh di antara penutup tanah kacangan sampai keadaan penutup tanahnya terdiri campuran kacangan ± 85% dan rumput lunak ± 15%. Dilaksanakan pada umur tanaman 7-12 bulan dengan rotasi 3 minggu.
P3:    Penyiangan yang dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh di antara penutup tanah/kacangan dan menyingkirkan rumput-rumputan lunak lainnya yang tumbuh menggerombol di antara penutup tanah, sampai keadaan penutup tanah terdiri dari tanaman kacangan ±70 % dan rumput lunak ± 30%. Dilaksanakan pada umur tanaman 7-12 bulan apabila P2 tidak dapat dilaksanakan, dengan rotasi 3 minggu.
P4:    Penyiangan dengan mencangkul atau mendongkel gulma perdu (Mikania, Euphatorium, Mimosa dll) yang tumbuh di antara kacang-kacangan penutup tanah yang telah bercampur dengan rumput lunak. Dilaksanakan pada umur tanaman 13-30 bulan dengan rotasi 4 minggu.
P5:    Penyiangan yang dilaksanakan dengan membabat sampai batas tinggi yang dikehendaki (±30 cm) di atas permukaan tanah segala jenis gulma kecuali alang-alang yang perlakuannya tetap di-wiping, serta mendongkel sampai ke akar-akarnya tumbuhan liar perdu yang berkayu keras. Dalam kondisi ini terlihat bahwa penutup tanah kacangan yang tinggal sedikit sekali bercampur dengan rumput lunak.

4.4.1. Pengendalian Gulma Alang-Alang Dengan Wiping Alang-Alang

Wiping alang-alang dilakukan secara rutin agar areal tanaman selalu dalam kondisi bebas alang-alang. Wiping alang-alang menggunakan herbisida glyphosat dengan konsentrasi 0,5%. Areal bebas alang-alang dosis pemakaian herbisida 6-10 cc/ha/rotasi. Seorang tenaga kerja wiping, menurut pengalaman mampu melaksanakan pekerjaan wiping dengan 4 l larutan herbisida untuk 1 hari kerja (4 l/HK). Kebutuhan untuk pelaksanaan wiping alang-alang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Untuk menentukan langkah suatu areal alang-alang harus disemprot atau cukup di wiping, areal tersebut perlu diklasifikasikan kondisi alang-alangnya.  Untuk menentukan apakah areal tersebut termasuk sheet, spot, berat, sedang,ringan atau bebas perlu ditentukan titik yang bisa mewakili kondisi satu blok. Dengan luas setiap titik ± 400 m2 (20 m x 20 m). Selanjutnya alang-alang pada titik tersebut diklasifikasikan seperti pada Tabel 5.2.

Tabel 5.1. Kebutuhan tenaga untuk wiping alang-alang

Klasifikasi Alang-alang
TBM III
TBM I dan II
Bebas
< 0,5 HK/Ha
< 1,0 HK/Ha
Ringan
0,5 - 1,0 HK/Ha
1,0 - 2,0 HK/Ha
Sedang
1,0 - 3,0 HK/Ha
2,0 - 4,0 HK/Ha
Berat
3,0 - 5,0 HK/Ha
5,0 - 6,0 HK/Ha


Melaksanakan wiping alang-alang perlu diperhatikan cara kerja sebagai berikut :
1.    Larutan herbisida yang digunakan glyphosat konsentrasi 0,5 %
2.    Kain lap dicelupkan ke larutan, diperas sedikit sebelum diangkat dari ember, agar tidak terlalu banyak larutan yang menetes terbuang ke tanah.
3.    Kain lap diperas sedikit pada pangkal batang alang-alang, sehingga larutan mengalir sedikit ke bawah melalui batang alang-alang tersebut. Selanjutnya kain lap ditarik ke atas untuk membasahi daun alang-alang.
4.    Untuk menandai alang-alang yang sudah diwiping, ujung daun alang-alang dipotong sedikit.
5.    Rotasi wiping alang-alang pada suatu areal harus terjamin ketepatan waktunya.
6.    Pengawasan yang teliti menjadi faktor penting untuk keberhasilan pengendalian alang-alang.

Tabel 5.2. Klasifikasi kondisi alang-alang pada areal kelapa sawit
Klasifikasi
Umur
Kriteria
Sheet

>20 rumpun
Spot

10-20 rumpun
Berat

10-20 batang
Sedang
Tahun 0
Tahun ke 1
Tahun ke 2
Tahun ke 3
TM
7-9 batang
6-9 batang
5-9 batang
4-9 batang
4-9 batang
Ringan
Tahun 0
Tahun ke 1
Tahun ke 2
Tahun ke 3
TM
1-7 batang
1-5 batang
1-4 batang
1-3 batang
1-3 batang
Bebas
Tahun 0 – TM
<9 batang

4.5.  PEMUPUKAN

Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi secara maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan, untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk curah hujan yang ideal adalah 60 - 200 mm per bulan. Dosis pupuk pada TBM belum menggunakan hasil analisis daun, tetapi berdasarkan bagan pemupukan yang dikeluarkan PPKS ( Tabel 5.3. dan 5.4.).

4.5.1. Persiapan pemupukan

Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi dari pemupukan, maka diperlukan suatu persiapan yang matang sebagai berikut :
1.   Rencana kebutuhan pupuk, terinci per tahun tanam, per Afdeling, per blok/Kesatuan Contoh Daun (KCD) per jenis pupuk.
2.   Piringan pohon harus bersih secara keseluruhan.
3.   Peta rencana pemupukan/pengeceran pupuk pada blok/KCD untuk kelancaran pemupukan.
4.   Jadwal pemupukan/program harian pemupukan, yang terinci per tanggal, per jenis pupuk, dosis pupuk, per tahun tanam, blok/KCD dan jumlah kebutuhan tenaga.
Tabel 5.3.   Standar umum pemupukan untuk tanaman kelapa sawit TBM pada tanah mineral
Umur
(bulan)*
Dosis pupuk (g/pohon)
Urea
TSP
RP
MOP
Kiserit
HGF-B
Lobang tanaman
-
-
500
-
-
-
3
100
100
-
100
50
-
6
200
100
-
200
100
-
9
200
200
-
350
150
-
12
300
200
-
450
200
25
16
300
200
-
500
250
-
20
300
200
-
600
300
50
24
350
200
-
600
300
-
28
400
300
-
650
350
50
32
550
300
-
700
400
-
Jumlah
2.700
1.800
500
4.150
2.100
125

Tabel 5.4. Standar umum pemupukan untuk tanaman kelapa sawit TBM pada tanah gambut
Umur
(bulan)*
Dosis pupuk (g/pohon)
Urea
RP
MOP
Dolomit
HGF-B
CuSO4
Lobang tanaman
-
-
-
-
-
25
3
100
150
200
100
-
-
6
150
150
250
100
-
-
9
150
200
250
150
25
-
12
200
300
300
150
-
-
16
250
300
300
200
25
-
20
300
300
350
250
-
-
24
350
300
350
300
50
-
28
350
450
450
350
50
-
32
450
450
500
350
-
-
Jumlah
2.300
2.600
2.950
1.950
150
-

·        Setelah tanam di lapangan




4.5.2. Perlengkapan Pemupukan

Perlengkapan/peralatan yang harus disiapkan untuk melaksanakan kegiatan pemupukan adalah :
Ø  Mangkok plastik berukuran 500 cc.
Mangkok Plastik sebagai takaran penaburan pupuk harus tersedia sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang memupuk, dan mangkok harus seragam.
Ø  Ember plastik berukuran 12 liter.
Ember plastik sebagai alat untuk membawa sejumlah pupuk dari tempat pengeceran pupuk ke pohon yang akan dipupuk sesuai jumlah tenaga pemupuk. Ukuran ember 12 liter diharapkan agar dapat menampung pupuk minimal 10 kg, sebab ember terlalu kecil maka akan diisi terlalu penuh sehingga pupuk akan tercecer di jalanan.
Ø  Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang pupuk sesuai dosis dan jenis pupuk yang telah ditetapkan dan selanjutnya dipindahkan ke mangkok penabur, yang merupakan takaran yang sesuai dengan dosis yang ditetapkan dan selanjutnya akan dipergunakan sebagai pedoman ukuran penaburan pupuk. Hal ini perlu dilakukan untuk setiap jenis pupuk yang akan ditaburkan karena beratnya tidak sama walaupun volume yang sama.

4.5.3. Organisasi Kerja Pemupukan

Agar pelaksanaan pemupukan dapat berjalan lancar dan memperoleh hasil yang optimal, maka didalam pelaksanaannya perlu diorganisir sebagai berikut :
1.     Pengecer pupuk
Pengecer pupuk bertugas mengecerkan pupuk di lapangan pada tempat-tempat yang telah ditentukan (sesuai peta rencana pemupukan yang sudah disiapkan). Pengeceran pupuk ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga penabur pupuk tidak perlu mondar mandir dalam mencari pupuk yang akan ditaburkan (membuang-buang waktu). Tenaga pengecer pupuk ini terdiri dari satu regu khusus yang dipimpin langsung oleh seorang Mandor (Mandor pengecer pupuk).
2.    Pembuka kantong pupuk
Setiap mandoran (26 orang penabur pupuk) dibantu oleh : 2 orang tenaga pembedah kantong pupuk, yang tugasnya membuka kantong pupuk dengan pisau.
3.    Penabur pupuk
Penabur pupuk setiap mandoran biasanya terdiri dari 26 orang tenaga kerja yang bertugas menaburkan pupuk sesuai dengan dosis dan jenis pupuk yang telah ditetapkan. Setiap mandoran diawasi oleh satu orang Mandor (Mandor Pemupukan).
4.    Pengumpul karung pupuk
Pekerja ditugaskan mengumpulkan bekas karung pupuk yang sudah ditabur yang  jumlahnya harus sama dengan jumlah karung pupuk yang diecer.

4.5.4. Cara Memupuk

Ada dua cara memupuk yang umum dipakai pada tanaman kelapa sawit yaitu sistim pocket (dibenam) dan sistim tabur langsung diatas piringan pohon.
Tehnik penaburan pupuk agar dilakukan sesuai dengan anjuran sebagai berikut :
Ø  Pupuk harus ditabur ke daerah dimana akar rambut paling banyak, yaitu pada daerah piringan pohon/disekitar bawah tajuk.
Ø  Pupuk yang ditaburkan harus gembur/remah dan tidak menggumpal terutama pupuk N.
Ø  Pupuk harus ditabur merata pada permukaan tanah piringan pohon.
Ø  Penaburan pupuk N pada tanaman umur 1 bulan, mulai dari pangkal pohon sampai dengan radius 30 cm dari pangkal pohon.
Ø  Pupuk RP tidak boleh diberikan bersamaan dengan pupuk ZA atau urea, karena diantara kedua pupuk ini mudah timbul reaksi sehingga akan menghambat ketersediaan masing-masing unsur hara. Interval waktu pemberian ± 2 minggu.
Ø  Pupuk ZA/urea dapat diberikan pada waktu yang berdekatan dengan pupuk MOP, dolomit/kiserit, tetapi tidak dianjurkan untuk mencampur ketiga jenis pupuk tersebut, karena homogenitas campuran tidak terjamin.
Ø  Pemberian pupuk borate dilaksanakan dengan cara menaburkan pada ketiak pelepah daun mulai dari antara lingkaran II dan III dari daun tombak atau ditabur di tanah.
Ø  Sebelum pelaksanaan pemupukan agar Asisten Afdeling atau Mandor Besar memberi contoh/peragaan bagaimana menabur pupuk yang benar.

4.5.5. Pengawasan

Pengawasan dilaksanakan untuk memastikan bahwa semua pekerjaan pemupukan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada setiap kegiatan pemupukan Asisten Afdeling dan Mandor Besar harus berada di tempat untuk memantau pelaksanaan pemupukan tersebut sehingga tidak terjadi pupuk tertinggal di gawangan/areal ataupun pohon tidak terpupuk.
Selain hal tersebut diatas perlu diperhatikan pula bahwa tidak dibenarkan ada pupuk menginap di areal, yang diakibatkan pemupukan tidak selesai dilakukan.

4.6.  MENUNAS DAN KASTRASI
4.6.1. Menunas (Tunas Pasir)
Menunas adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Sebenarnya dari segi tanaman tidak dibenarkan ada daun yang masih hijau dibuang atau dipotong, daun-daun tua yang masih hijau menjelang kering dilihat dari fungsinya sebagai “assimilator” tidak begitu berarti lagi. Menjelang kering terjadi transport zat makanan dari daun tua ke pucuk, dimana zat-zat makanan itu dipergunakan untuk pertumbuhan bagian lain, terutama unsur yang mobil seperti K dan Mg.
Jadi bila daun yang masih hijau kita potong berarti unsur-unsur yang seharusnya masih bisa dipergunakan oleh tanaman akan terbuang. Tanaman kelapa sawit muda tidak boleh ditunas sampai dengan umur 15 bulan, karena jumlah daun sampai umur 15 bulan masih < 48 daun.
Tujuan menunas pada TBM kelapa sawit terutama untuk sanitasi pohon. Peralatan yang diperlukan dalam menunas : chisel berukuran 5 - 7,5 cm. Kemampuan menunas setiap tenaga kerja adalah 1,5 - 3 Hk per ha per rotasi dengan rotasi setiap 6 bulan sekali.

4.6.2. Kastrasi

Kastrasi dilakukan terutama pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke pabrik dan pertumbuhan tanaman kerdil. Kastrasi ialah pembuangan bunga, baik bunga jantan ataupun bunga betina yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilaksanakan sejak bunga jantan/betina mulai keluar dengan tujuan :
·        Merangsang pertumbuhan vegetatif.
·        Untuk mendapatkan buah yang dengan berat/tandan yang relatif seragam/sama.
·        Memperoleh kondisi tanaman yang bersih, sehingga akan mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.
Kastrasi ini dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar di ketiak pelepah daun, sebelum membesar dipotong dengan alat tertentu tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Rotasi kastrasi satu kali sebulan, sehingga bunga yang keluar belum banyak menyerap unsur hara dari tanaman tersebut.
1. Peralatan kastrasi
Besi cabang kaki kambing atau chisel berukuran 5 - 7,5 cm khusus untuk bunga yang telah besar karena terlambat dikastrasi. Tenaga yang diperlukan adalah 1 HK/ha/rotasi. Tenaga kastrasi dipersiapkan untuk menjadi “pemanen” setelah tanaman memasuki masa TM.
4.7.  PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
4.7.1. Hama
Hama-hama tanaman yang umum dijumpai menyerang tanaman kelapa sawit belum menghasilkan adalah Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS), dengan jenis seperti pada Tabel 5.5. Serangan UPDKS mengakibatkan kelapa sawit kehilangan daun dan akhirnya secara signifikan akan menurunkan produksi kelapa sawit.

Tabel 5.5. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)
Jenis ulat
Populasi kritis (ulat/pelepah)
Ulat api:
Setothose asigna
Setora nitens  
Darna (Orthocraspeda) trima
Darna (Ploneta) diducta
Darna (Ploneta) bradleyi
Birthosea bisura         

5-10
5-10
20-30
10-20
10-20
10-20
Ulat kantong:
Mahasena corbetti
Metisa plana

4-5
5-10

Hama lainnya adalah Kumbang Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Oryctes rhinoceros) yang hinggap pada pelepah yang agak muda, kemudian menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm/hari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu atau lebih.  Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang.

 

4.7.2. Penyakit

Penyakit yang umum dijumpai pada TBM antara lain  Penyakit tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor keturunan dengan gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan bengkok bentuknya. Pada daun tombak yang belum membuka terlihat pembusukan berwarna coklat yang menyebar melalui bagian tengah dan menyebabkan anak daun menjadi terputus-putus. Kadang-kadang masih terbentuk anak daun yang sempurna, tetapi seringkali anak daun hancur membusuk sehingga tinggal sisanya saja. Pada bagian pelepah yang tidak membuka seringkali membusuk, berbercak-bercak dan seringkali ditumbuhi oleh berbagai cendawan sekunder.
Penyakit Busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot) yang disebabkan oleh jamur menyerang tandan sehingga menjadi busuk. Faktor yang mendorong timbulnya penyakit ini antara lain kebersihan tanaman kurang terpelihara, piringan sempit, penunasan terlambat, defisiensi hara, dan curah hujan tinggi. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal adanya miselia cendawan berwarna putih pada kulit buah dan tandan. Cendawan hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makanan dan akan menjadi parasit kalau lingkungan sesuai. Pada awalnya cendawan memperbanyak diri di sekitar pangkal batang, kemudian menyerang tandan buah terbawah.

Tabel 5.6. Dosis dan aplikasi biofungisida Marfu

No.
Sasaran
Dosis (g/pohon)
Cara aplikasi
1.
Bibit kelapa sawit
·     Tanah pengisi polibeg main nurseri.
·     Bibit di main nurseri

-

10

Dicampurkan 1 kg Marfu-P/m3 tanah
Ditaburkan di permukaan tanah di dalam polibeg pada saat pemindahan bibit ke main nurseri
2.
Perlindungan Tanaman Muda pada areal tanam Ulang :
·    Lubang tanam
·    Tanah hasil galian lubang tanam
·    TBM I
·    TBM II
·    TBM III


200

200
200
200
200


Dimasukkan ke lubang tanam

Dicampur ke dalam tanah
Ditaburkan pada piringan
Ditaburkan pada piringan
Ditaburkan pada piringan
3.
Eradikasi Sumber Penularan :
·     Rumpukan rajangan batang tanaman sakit
·     Lubang tanaman sisipan
·     Tanah hasil galian lubang tanaman sisipan

200

200
200

Ditaburkan

Dimasukkan ke lubang tanam
Dicampurkan ke dalam tanah
4.
Pengobatan Tanaman Sakit dengan gejala awal :
·      Lubang di sekitar pangkal batang tanaman sakit
·      Piringan tanaman sakit
·      Piringan 6 tanaman sehat di sekitar tanaman sakit


300

200
200


Dimasukkan ke dalam 4 lubang

Ditaburkan
Ditaburkan
5.
Pengobatan Tanaman Sakit dengan Gejala Lanjut :
·      Tanah penimbun pangkal batang


1000


Dicampurkan merata ke dalam 1 m3  tanah

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan tropika dan hidup pada berbagai jenis palma. Mengingat hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit BPB. Penularan penyakit dari pohon ke pohon melalui pertautan antara akar sehat dan akar sakit, atau melalui spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun tanaman kelapa sawit muda (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun tanaman kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan MARFU-P (Tabel 5.6).
4.8. PERSIAPAN SARANA PANEN

4.8.1. Jalan Pikul

Jalan pikul dibuat ditengah-tengah gawangan kelapa sawit. Dibangun secara bertahap yakni setiap 8 baris tanaman 1 jalan pikul, tahap kedua setiap 4 baris tanaman, dan menjelang panen setiap 2 barisan tanaman. Lebar jalan pikul 1 meter dibuat sepanjang blok tanaman.
Pembuatan jalan pikul pada areal penutup tanah kacangan, dapat dilaksanakan secara kimia dengan menggunakan glyphosate konsentrasi 0,3 % dan rotasi 3 x dalam setahun.
4.8.2.  Tempat Pengumpulan Hasil  (TPH)
Tempat pengumpulan hasil (TPH) dibuat pada waktu tanaman menjelang dipanen. TPH dibuat pada ujung jalan pikul dengan aturan setiap 5 jalan pikul dibuat satu TPH, masing-masing dikedua ujungnya. Dengan cara demikian maka jarak jalan terjauh untuk pamanen memikul buah dibuat satu TPH, masing-masing dikedua ujungnya. Ukuran TPH  adalah 2m x  3m.
4.9.  PEMELIHARAAN SARANA JALAN, TERAS, DAN PARIT DRAINASE
4.9.1.  Pemeliharaan Jalan
Jalan produksi dipersiapkan sejak TBM dan pengerasan dilakukan secara bertahap, sehingga pada saat TM kondisi jalan tersebut telah sempurna. Pelaksanaan pengerasan jalan setiap tahun 33% dari panjang jalan. Permukaan jalan selalu diusahakan cembung  untuk mencegah genangan air, dan parit jalan harus selalu dipelihara agar air dapat mengalir dengan lancar. Perbaikan atau pemeliharaan jalan dilakukan dengan rotasi 2 kali setahun.
4.9.2.  Pemeliharaan teras/rorak
Teras dipelihara dengan mengangkat tanah yang longsor dikembalikan ke atas teras. Penambahan tanah diambil dari dinding teras, rotasi pemeliharaan  sekali setahun. Rorak dipelihara dengan cara mengeluarkan masa tanah yang masuk ke dalam rorak dan menempatkannya kembali ke atas benteng. Kacangan penutup tanah yang menjalar ke dalam rorak arahnya dipindahkan ke atas benteng. Rotasi pemeliharaan rorak sama dengan pemeliharaan teras.
4.9.3.  Pemeliharaan parit drainase
Pemeliharaan parit drainase bertujuan mengangkat/menggali tanah yang menutup parit, sehingga ukuran parit tetap seperti semula. Pada areal TBM pemeliharaan parit drainase dilakukan 2 kali setahun, berdasarkan ukuran parit pemeliharaan parit ini dikerjakan sebagai berikut:
n  Parit ukuran  120 x  60 x 60 cm = 20 m/HK
n  Parit ukuran    90 x  45 x 45 cm = 30 m/HK
n  Parit ukutan    60 x  30 x 30 cm = 40 m/HK


STOP PRESS !!!!!
MOHON DIBUATKAN PERTANYAAN ATAU STUDI KASUS ATAU CONTOH KASUS UNTUK MENGGUGAH PESERTA MEMANFAATKAN PENGETAHUANNYA TENTANG TBM DALAM REALITAS

MOHON JUGA DIBUATKAN LEMBAR KERJA UNTUK PRAKTEK LAPANGAN DALAM RANGKA MENGEVALUASI SESUAI-TIDAKNYA KINERJAPEMELIHARAAN TBM TEMPAT PRAKTEK DENGAN NORMA YANG DIANJURKAN