Hasmar lubis

Saturday 10 November 2012

Budidaya jagung


Budidaya jagung                    
I.                   PENDAHULUAN
II.               
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Pemupukan




Waktu

Dosis Pupuk Makro (per ha)




Dosis POC
NASA

Urea (kg)

TSP (kg)

KCl (kg)

Perendaman benih
-
-
-

2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar
120
80
25

20 - 40 tutup/tangki
( siram merata )

2 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu)
115
-
55


-

4 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Susulan II (6minggu)
115
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
5. Pemipilan

Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan.

Friday 26 October 2012

IDUL ADHA 1433 H

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433 H.TU KOUM/KAHANGGI SASUDENA
            Na malungun tu kampung mulak majolo siarah.

Monday 14 May 2012

Inda pe ipamasuk manuk tu lobu

Hatiha ari ahat kehe mada hami marmayam tu aek si ayu on itopi tor si janggut don.kiro-kiro satonga pardalanan bahat dongan madung loja,ro maning si palit mangan kita jolo ning i a harana ia maroban indahan tungkus nang i pasiap sian bagas.ah........baru bincar dope mata ni ari madung mangontang mangan ko......ah ho peda.rap mondokon dongan i .borat do ....margonti hita ro mandokon si kotan i oban ia muse tar satonga jom mangontang mangan muse si kotan......asi mangan he .......lengenan ita pangan sannari harana isadun inda adong na lapang ning ia.....mangan ma hami.....rupona hara ni borat ni indahan tungkus i do halai mangontang mangan.hami lanjukon par dalanan sasakali mabuat sanduduk torus ipangan rap rata be ma bibir dohot dila.santak mahami tu ujung ni aek si ayu......ma molgang pisang doma hami margiri dongan i adong ning ia....na lupa angkon na mulak do harana songn judul nai do...??????????

Wednesday 28 March 2012

Pemupukan kelapa sawit


JENIS PUPUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT

            Pupuk yang berkembang di Indonesia saat ini untuk tanaman perkebunan telah meliputi berbagai jenis. Pupuk tersebut telah tercatat di Ditjen Perkebunan dan sebagian telah digunakan untuk tanaman perkebunan (Lampiran 1). Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dikelompokan ke dalam lima kelompok yaitu: pupuk tunggal; pupuk campuran; pupuk majemuk; pupuk lambat tersedia (tablet), dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh kebun disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis pupuk yang beredar di pasaran dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Lampiran 2 menyajikan beberapa  contoh jenis pupuk dolomit dan rock phosphate (RP) di pasaran yang memiliki komposisi hara yang beragam dan beberapa tidak memenuhi Standar Nasional Industri (SNI).

4.1. Pupuk Tunggal

            Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara N, P, K, Mg, dan Ca pada tanaman kelapa sawit dan telah direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) disajikan pada Tabel 7.1. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang paling umum digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit, utamanya untuk tanaman menghasilkan. Biaya perunit hara dalam pupuk tunggal masih lebih rendah dibandingkan dengan jenis pupuk majemuk atau jenis pupuk lainnya. Akan tetapi biaya aplikasi pupuk tunggal menjadi lebih mahal, karena hanya satu jenis hara saja yang diaplikasikan pada setiap aplikasi pemupukan.
Pupuk nitrogen yang umum digunakan adalah urea, karena pupuk ini secara ekonomis lebih menguntungkan. Hal ini karena kandungan  hara nitrogen lebih tinggi pada urea, sedang harga per satuan beratnya sama.
Sumber pupuk P yang umum digunakan untuk tanaman kelapa sawit adalah rock phosphate (RP). Penggunaan RP dianggap lebih murah dibandingkan dengan pupuk superfosfat (SP 36) yang merupakan pupuk pabrik. Sumber hara K yang banyak digunakan

JENIS PUPUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT

            Pupuk yang berkembang di Indonesia saat ini untuk tanaman perkebunan telah meliputi berbagai jenis. Pupuk tersebut telah tercatat di Ditjen Perkebunan dan sebagian telah digunakan untuk tanaman perkebunan (Lampiran 1). Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dikelompokan ke dalam lima kelompok yaitu: pupuk tunggal; pupuk campuran; pupuk majemuk; pupuk lambat tersedia (tablet), dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh kebun disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis pupuk yang beredar di pasaran dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Lampiran 2 menyajikan beberapa  contoh jenis pupuk dolomit dan rock phosphate (RP) di pasaran yang memiliki komposisi hara yang beragam dan beberapa tidak memenuhi Standar Nasional Industri (SNI).

4.1. Pupuk Tunggal

            Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara N, P, K, Mg, dan Ca pada tanaman kelapa sawit dan telah direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) disajikan pada Tabel 7.1. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang paling umum digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit, utamanya untuk tanaman menghasilkan. Biaya perunit hara dalam pupuk tunggal masih lebih rendah dibandingkan dengan jenis pupuk majemuk atau jenis pupuk lainnya. Akan tetapi biaya aplikasi pupuk tunggal menjadi lebih mahal, karena hanya satu jenis hara saja yang diaplikasikan pada setiap aplikasi pemupukan.
Pupuk nitrogen yang umum digunakan adalah urea, karena pupuk ini secara ekonomis lebih menguntungkan. Hal ini karena kandungan  hara nitrogen lebih tinggi pada urea, sedang harga per satuan beratnya sama.
Sumber pupuk P yang umum digunakan untuk tanaman kelapa sawit adalah rock phosphate (RP). Penggunaan RP dianggap lebih murah dibandingkan dengan pupuk superfosfat (SP 36) yang merupakan pupuk pabrik. Sumber hara K yang banyak digunakan

Monday 23 January 2012

HAMA KELAPA SAWIT


Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman 
A. Penyakit
1. Penyakit Akar (Blast disease)
Gejala serangan :
- Tanaman tumbuh abnormal dan lemah
- Daun tanaman berubah menjadi berwarna kuning
Penyebab :
Jamur (Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp.)
Cara pengendalian :
- Melakukan kegiatan persemaian dengan baik
- Mengatur pengairan agar tidak terjadi kekeringan di pertanaman
2. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal stem rot/Ganoderma)
Gejala serangan:
- Daun berwarna hijau pucat
- Jamur yang terbentuk sedikit
- Daun tua menjadi layu dan patah
- Dari tempat yang terinfeksi keluar getah
Penyebab :
Jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma pseudofferum.
Cara pengendalian  dan pencegahan :
- Membongkar tanaman yang terserang dan selanjutnya dibakar
- Melakukan pembumbunan tanaman
3. Penyakit Busuk Batang Atas (Upper stem rot)
Gejala serangan:
- Warna daun yang terbawah berubah dan selanjutnya mati
- Batang yang berada sekitar 2 m di atas tanah membusuk
- Bagian yang busuk berwarna cokelat keabuan
Penyebab :
Jamur Fomex noxius.
Cara pengendalian :
- Melakukan pembongkaran tanaman yang terserang dan membuang bagian tanaman yang terserang
- Bekas luka selanjutnya ditutupi dengan obat penutup luka  
4. Penyakit Busuk Kering Pangkal Batang  (Dry basal rot)
Gejala serangan :
Tandan buah membusuk dan pelepah daun bagian bawah patah.
Penyebab :
Jamur Ceratocytis paradoxa.
Cara pengendalian :
Membongkar tanaman yang terserang hebat dan selanjutnya dibakar.
 
5. Penyakit Busuk Kuncup (Spear rot)
Gejala serangan:
Jaringan pada kuncup (spear) membusuk dan berwarna kecokelatan.
Penyebab :
Belum diketahui dengan pasti.
Cara pengendalian : Memotong bagian kuncup yang terserang
6.Penyakit Busuk Titk Tumbuh (Bud rot)
Gejala serangan :
- Kuncup tanaman membusuk sehingga mudah dicabut
- Aroma kuncup yang terserang berbau busuk
Penyebab :
Bakteri Erwinia.
Cara pengendalian :
Belum ada cara efektif untuk memberantas penyakit ini.
7. Penyakit Garis Kuning (Patch yellow)
Gejala serangan:
Terdapat bercak daun berbentuk lonjong berwarna kuning dan di bagian tengahnya berwarna cokelat.
Penyebab :
Jamur Fusarium oxysporum
Cara pengendalian :
Melakukan inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.  Hal ini bertujuan agar serangan penyakit di persemaian dan pada tanaman muda dapat berkurang.
8. Penyakit Antraknosa (Anthracnose)
Gejala serangan :  
- Terdapat bercak-bercak cokelat tua di ujung dan tepi daun
- Bercak-bercak dikelilingi warna kuning
- Bercak ini merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang
Penyebab :  
Jamur Melanconium sp., Glomerella cingulata, dan Botryodiplodia palmarum.
Cara pengendalian :
- Melakukan pengaturan jarak tanam, penyiraman secara teratur dan pemupukan berimbang
- Tanah yang menggumpal di akar harus disertakan pada waktu pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan utama.
Pengaplikasian Captan 0,2% atau Cuman 0,1%.
9. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Gejala serangan :  
Helai daun bagian tengah pelepah berukuran kecil-kecil dan sobek.
Penyebab:
Sifat genetik yang diturunkan dari tanaman induk.
Cara pengendalian :
Melakukan seleksi terhadap tanaman induk yang bersifat karier penyakit ini.
10. Penyakit Busuk Tandan (Bunch rot)
Gejala serangan:
Terdapat miselium berwarna putih di antara buah masak atau pangkal pelepah daun.
Penyebab :
Jamur Marasmius palmivorus.
Cara pengendalian :
Melakukan kastrasi, penyerbukan buatan dan menjaga sanitasi kebun, terutama pada musim hujan.
Pengaplikasian difolatan 0,2 %. 
B. Hama
1. Nematoda (Rhadinaphelenchus cocophilus)
Gejala serangan :
- Daun terserang menggulung dan tumbuh tegak
- Warna daun berubah menjadi kuning dan selanjutnya mengering.
Cara pengendalian:
- Pohon yang terserang dibongkar dan selanjutnya dibakar
- Tanaman dimatikan dengan racun natrium arsenit
2. Tungau (Oligonychus sp.)
Gejala serangan :
Daun yang terserang berubah warnanya menjadi berwarna perunggu mengkilat (bronz).
Cara pengendalian :
Pengaplikasian akasirida yang mengandung bahan aktif tetradifon 75,2 g/l.
3. Pimelephila ghesquierei
Gejala serangan :  
Serangan menyebabkan lubang pada daun muda sehingga daun banyak yang patah.
Cara pengendalian :    
- Serangan ringan dapat diatasi dengan memotong bagian yang terserang
- Pada serangan berat dilakukan penyemprotan parathion 0,02%.
4. Ulat api (Setora nitens, Darna trima dan Ploneta diducta)
Gejala serangan :
Daun yang terserang berlubang-lubang. Selanjutnya  daun hanya tersisa tulang daunnya saja.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian insektisida berbahan aktif triazofos 242 g/l, karbaril 85 % dan klorpirifos 200 g/l.
5. Ulat kantong (Metisa plana, Mahasena corbetti dan Crematosphisa pendula)
Gejala serangan:
- Daun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan tidak utuh lagi
- Selanjutnya daun menjadi kering dan berwarna abu-abu.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian timah arsetat dengan dosis 2,5 kg/ha atau dengan insektisida berbahan aktif triklorfon 707 g/l, dengan dosis 1,5-2 kg/ha. 6.  Belalang Valanga nigricornis dan Gastrimargus marmoratus
Gejala serangan: 
Terdapat bekas gigitan pada bagian tepi daun yang terserang.
Cara pengendalian :  
Pengendalian dapat dilakukan dengan mendatangkan burung pemangsanya.
7. Kumbang Oryctes rhinoceros
Gejala serangan :
Daun muda yang belum membuka dan pada pangkal daun berlubang-lubang.
Cara pengendalian :
Menggunakan parasit kumbang, seperti jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes
Melepaskan predator kumbang, seperti tokek, ular dan burung.
8. Ngengat Tirathaba mundella (penggerek tandan buah)
Gejala serangan:
Terdapat lubang-lubang pada buah muda dan buah tua.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian insektisida yang mengandung bahan aktif triklorfon 707 g/l atau andosulfan 350 g/l.
9. Tikus (Rattus tiomanicus dan Rattus sp.)           
Gejala serangan: 
- Pertumbuhan bibit dan tanaman muda tidak normal
- Buah yang terserang menunjukkan bekas gigitan.
Cara pengendalian :
Melakukan pengemposan pada sarangnya atau mendatangkan predator tikus, seperti kucing, ular dan burung hantu.
Dok: PPKS MARIHAT
By:Hasmar lubis