PEMELIHARAAN
TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN
1. PENDAHULUAN
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang
dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan.
Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus
dilaksanakan, yaitu konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan
piringan pohon, pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, tunas pasir,
pengendalian hama dan penyakit, persiapan sarana panen, dan pemeliharaan jalan
dan parit drainase. Pemeliharaan masa TBM merupakan lanjutan dan penyempurnaan
pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang
berkualitas baik.
2. TUJUAN
Pemeliharaan tanaman dilakukan mulai dari penanaman
hingga tanaman mulai di panen yang meliputi penyisipan tanaman, kultur teknis
dan persiapan panen, yang bertujuan untuk mencipatkan tanaman yang homogen,
produktif dan produksinya tinggi.
3. STANDAR
Melakukan semua kegiatan dengan jadwal peyisipan yang
tepat, peneliharaan yang sesuai norma dan persiapan sarana panen yang sesuai
kebutuhan.
4. PROSEDUR
4.1. KONSOLIDASI TANAMAN
Konsolidasi pada
penanaman kelapa sawit adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru
ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit di perkebunan pada umumnya
dilaksanakan dengan cukup baik. Walaupun demikian karena penanaman biasanya
dilaksanakan pada skala yang luas maka masih selalu terjadi penanaman yang
tidak sesuai dengan syarat-syarat kultur teknis.
Kesalahan tanam
yang disebabkan penanaman yang terburu-buru dan kurangnya pengawasan akan
mengakibatkan kerusakan tanaman, kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh
karena itu setelah selesai penanaman kelapa sawit di lapangan, masih diperlukan
tahap pekerjaan konsolidasi.
Kegiatan
konsolidasi meliputi :
·
Menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang,
terserang hama dan penyakit.
·
Menegakkan kembali tanaman yang doyong dan tumbang antara
lain dengan memadatkan tanah disekeliling tanaman yang masih gembur. Pada
penanaman yang terlampau dalam, perlu dilakukan pengorekan tanah di sekeliling
tanaman agar tangkai pelepah daun tidak terbenam. Pada pengorekan ini harus
dipertimbangkan juga kemungkinan terbentuknya cekungan di sekitar tanaman yang
mengakibatkan terjadinya genangan air di musim hujan.
4.2. PENYISIPAN TANAMAN
Hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM dapat
menunjukkan jumlah pohon yang akan disisip. Tanaman yang perlu disisip adalah
pada areal TBM I, II dan III. Pada TBM III penyisipan dilakukan pada areal
kosong yang cukup luas atau mengelompok, namun penyisipan individu tidak
dilakukan lagi karena tanaman asli sudah cukup tinggi, sehingga tanaman sisipan
terhambat pertumbuhannya. Semua pohon yang mati setelah penanaman harus segera
disisip.
Dalam melaksanakan
penyisipan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Lubang tanaman digali kembali pada asal pohon mati dengan
ukuran lubang : ukuran atas 60 cm x 60 cm, dalam lubang 50 cm dan ukuran bawah
40 cm x 40 cm.
·
Bibit sisipan sebelum dikirim ke lapangan harus disiram
terlebih dahulu..
·
Cara menanam bibit sisipan sama dengan cara menanam
tanaman baru.
·
Setiap lubang tanaman sisipan diberi pupuk 500 g RP/pohon.
·
Bibit untuk kebutuhan sisipan disediakan minimal 5%
setiap tahun penanaman.
4.3. PEMELIHARAAN PIRINGAN POHON
Penyiangan
dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah
selebar piringan pohon yang telah ditentukan, sehingga tanah bersih dari rumput
(clean weeding). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual
(menggaruk) atau cara kimia (penyemprotan).
4.3.1. Cara Manual
Lebih dahulu diukur garis tengah
piringan pohon sesuai dengan ketentuan, kemudian di ujung garis tengah piringan
pohon tersebut dibuat batas melingkar keliling pohon. Setelah terbentuk batas
piringan pohon yang dimaksud baru digaruk dari pinggir piringan ke arah dalam.
Selanjutnya rumput-rumput disingkirkan dari piringan pohon. Jari-jari piringan
pohon disesuaikan dengan umur tanaman
kelapa sawit :
- TBM I = 100
cm
- TBM II = 125
cm
- TBM III = 150 cm
Rotasi dan kapasitas pengendalian gulma
piringan pohon adalah sebagai berikut :
- TBM I = 2,5 HK/Ha/rotasi, 12 kali setahun
- TBM II = 3,0 HK/Ha/rotasi, 8 kali setahun
- TBM III = 4,0
HK/Ha/rotasi, 8 kali setahun
4.3.2. Cara Kimia
Pemeliharaan
piringan pohon secara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM ke 3,
dengan rotasi 6 x setahun (R.6) menggunakan bahan glyphosate dengan
dosis 300 cc glyphosate per ha per rotasi. Pada daerah pengembangan
karena kekurangan tenaga kerja atau upah buruh yang mahal maka pengendalian
gulma dengan cara kimia merupakan suatu alternatif yang efisien dan ekonomis.
Pemakaian herbisida pada tanaman muda agar dilakukan dengan ekstra hati-hati
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kelapa sawit.
4.4. PEMELIHARAAN PENUTUP TANAH
Pengendalian gulma
pada tanaman penutup tanah kacangan ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi
areal agar tetap murni kacangan, dengan jalan menyingkirkan semua jenis gulma
yang tumbuh di areal kacangan tersebut.
Teknik pelaksanaan
pengendalian gulma pada areal kacangan adalah sebagai berikut :
1. Mencabut atau
membersihkan semua gulma yang tumbuh di antara tanaman penutup tanah kacangan
dengan rotasi yang teratur dengan memakai garuk.
2. Membersihkan
dengan memakai garuk semua gulma yang tumbuh di piringan pohon yang harus
selalu bersih dengan teratur dan tidak mengganggu perakaran tanaman pokok.
3. Membalik dengan
tangan atau memotong sulur kacangan yang masuk ke piringan atau yang membelit
daun dan pohon kelapa sawit.
4. Mendongkel gulma
berkayu yang tumbuh pada areal penutup tanah kacangan.
Berbagai tingkat
penyiangan gulma yang dikenal adalah sebagai berikut :
Po: Penyiangan yang dilakukan dengan
menyingkirkan semua gulma dari permukaan tanah, sehingga tanah benar-benar
bersih dari tanaman selain tanaman pokok (clean weeding). Pekerjaan ini
dilaksanakan sesaat akan membangun tanaman penutup tanah.
P1: Penyiangan dilaksanakan dengan mencabut semua
gulma yang tumbuh di antara tanaman penutup tanah kacangan sehingga akan
diperoleh areal penutup tanah kacangan 100 %. Dilaksanakan pada umur tanaman
0-6 bulan dengan rotasi 2 minggu
P2: Penyiangan yang dilaksanakan dengan mencabut
gulma yang tumbuh di antara penutup tanah kacangan sampai keadaan penutup
tanahnya terdiri campuran kacangan ± 85% dan rumput
lunak ± 15%. Dilaksanakan pada umur
tanaman 7-12 bulan dengan rotasi 3 minggu.
P3: Penyiangan yang dilakukan dengan mencabut
gulma yang tumbuh di antara penutup tanah/kacangan dan menyingkirkan
rumput-rumputan lunak lainnya yang tumbuh menggerombol di antara penutup tanah,
sampai keadaan penutup tanah terdiri dari tanaman kacangan ±70 % dan rumput lunak ± 30%.
Dilaksanakan pada umur tanaman 7-12 bulan apabila P2 tidak dapat dilaksanakan,
dengan rotasi 3 minggu.
P4: Penyiangan dengan mencangkul atau mendongkel
gulma perdu (Mikania, Euphatorium, Mimosa dll) yang tumbuh di antara
kacang-kacangan penutup tanah yang telah bercampur dengan rumput lunak.
Dilaksanakan pada umur tanaman 13-30 bulan dengan rotasi 4 minggu.
P5: Penyiangan yang dilaksanakan dengan membabat
sampai batas tinggi yang dikehendaki (±30 cm) di atas
permukaan tanah segala jenis gulma kecuali alang-alang yang perlakuannya tetap
di-wiping, serta mendongkel sampai ke akar-akarnya tumbuhan liar perdu yang
berkayu keras. Dalam kondisi ini terlihat bahwa penutup tanah kacangan yang
tinggal sedikit sekali bercampur dengan rumput lunak.
4.4.1. Pengendalian Gulma Alang-Alang Dengan Wiping Alang-Alang
Wiping alang-alang
dilakukan secara rutin agar areal tanaman selalu dalam kondisi bebas
alang-alang. Wiping alang-alang menggunakan herbisida glyphosat dengan
konsentrasi 0,5%. Areal bebas alang-alang dosis pemakaian herbisida 6-10
cc/ha/rotasi. Seorang tenaga kerja wiping, menurut pengalaman mampu
melaksanakan pekerjaan wiping dengan 4 l larutan herbisida untuk 1 hari kerja
(4 l/HK). Kebutuhan untuk pelaksanaan wiping alang-alang dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Untuk menentukan
langkah suatu areal alang-alang harus disemprot atau cukup di wiping, areal
tersebut perlu diklasifikasikan kondisi alang-alangnya. Untuk menentukan apakah areal tersebut
termasuk sheet, spot, berat, sedang,ringan atau bebas perlu ditentukan titik
yang bisa mewakili kondisi satu blok. Dengan luas setiap titik ± 400 m2
(20 m x 20 m). Selanjutnya alang-alang pada titik tersebut diklasifikasikan
seperti pada Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Kebutuhan tenaga untuk wiping alang-alang
Klasifikasi Alang-alang
|
TBM III
|
TBM I dan II
|
Bebas
|
< 0,5 HK/Ha
|
< 1,0 HK/Ha
|
Ringan
|
0,5 - 1,0 HK/Ha
|
1,0 - 2,0 HK/Ha
|
Sedang
|
1,0 - 3,0 HK/Ha
|
2,0 - 4,0 HK/Ha
|
Berat
|
3,0 - 5,0 HK/Ha
|
5,0 - 6,0 HK/Ha
|
Melaksanakan
wiping alang-alang perlu diperhatikan cara kerja sebagai berikut :
1. Larutan herbisida
yang digunakan glyphosat konsentrasi 0,5 %
2. Kain lap
dicelupkan ke larutan, diperas sedikit sebelum diangkat dari ember, agar tidak
terlalu banyak larutan yang menetes terbuang ke tanah.
3. Kain lap diperas
sedikit pada pangkal batang alang-alang, sehingga larutan mengalir sedikit ke
bawah melalui batang alang-alang tersebut. Selanjutnya kain lap ditarik ke atas
untuk membasahi daun alang-alang.
4. Untuk menandai
alang-alang yang sudah diwiping, ujung daun alang-alang dipotong sedikit.
5. Rotasi wiping
alang-alang pada suatu areal harus terjamin ketepatan waktunya.
6. Pengawasan yang
teliti menjadi faktor penting untuk keberhasilan pengendalian alang-alang.
Tabel 5.2.
Klasifikasi kondisi alang-alang pada areal kelapa sawit
Klasifikasi
|
Umur
|
Kriteria
|
Sheet
|
|
>20 rumpun
|
Spot
|
|
10-20 rumpun
|
Berat
|
|
10-20 batang
|
Sedang
|
Tahun 0
Tahun ke 1
Tahun ke 2
Tahun ke 3
TM
|
7-9 batang
6-9 batang
5-9 batang
4-9 batang
4-9 batang
|
Ringan
|
Tahun 0
Tahun ke 1
Tahun ke 2
Tahun ke 3
TM
|
1-7 batang
1-5 batang
1-4 batang
1-3 batang
1-3 batang
|
Bebas
|
Tahun 0 – TM
|
<9 batang
|
4.5. PEMUPUKAN
Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi
tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi
secara maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan,
untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk curah hujan yang ideal adalah 60
- 200 mm per bulan. Dosis pupuk pada TBM belum menggunakan hasil analisis daun,
tetapi berdasarkan bagan pemupukan yang dikeluarkan PPKS ( Tabel 5.3. dan
5.4.).
4.5.1. Persiapan pemupukan
Untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas yang tinggi dari pemupukan, maka diperlukan suatu
persiapan yang matang sebagai berikut :
1. Rencana kebutuhan
pupuk, terinci per tahun tanam, per Afdeling, per blok/Kesatuan Contoh Daun
(KCD) per jenis pupuk.
2. Piringan pohon
harus bersih secara keseluruhan.
3. Peta rencana
pemupukan/pengeceran pupuk pada blok/KCD untuk kelancaran pemupukan.
4. Jadwal
pemupukan/program harian pemupukan, yang terinci per tanggal, per jenis pupuk,
dosis pupuk, per tahun tanam, blok/KCD dan jumlah kebutuhan tenaga.
Tabel 5.3. Standar umum pemupukan
untuk tanaman kelapa sawit TBM pada tanah mineral
Umur
(bulan)*
|
Dosis pupuk (g/pohon)
|
|||||
Urea
|
TSP
|
RP
|
MOP
|
Kiserit
|
HGF-B
|
|
Lobang tanaman
|
-
|
-
|
500
|
-
|
-
|
-
|
3
|
100
|
100
|
-
|
100
|
50
|
-
|
6
|
200
|
100
|
-
|
200
|
100
|
-
|
9
|
200
|
200
|
-
|
350
|
150
|
-
|
12
|
300
|
200
|
-
|
450
|
200
|
25
|
16
|
300
|
200
|
-
|
500
|
250
|
-
|
20
|
300
|
200
|
-
|
600
|
300
|
50
|
24
|
350
|
200
|
-
|
600
|
300
|
-
|
28
|
400
|
300
|
-
|
650
|
350
|
50
|
32
|
550
|
300
|
-
|
700
|
400
|
-
|
Jumlah
|
2.700
|
1.800
|
500
|
4.150
|
2.100
|
125
|
Tabel 5.4. Standar umum pemupukan untuk
tanaman kelapa sawit TBM pada tanah gambut
Umur
(bulan)*
|
Dosis pupuk (g/pohon)
|
|||||
Urea
|
RP
|
MOP
|
Dolomit
|
HGF-B
|
CuSO4
|
|
Lobang tanaman
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
3
|
100
|
150
|
200
|
100
|
-
|
-
|
6
|
150
|
150
|
250
|
100
|
-
|
-
|
9
|
150
|
200
|
250
|
150
|
25
|
-
|
12
|
200
|
300
|
300
|
150
|
-
|
-
|
16
|
250
|
300
|
300
|
200
|
25
|
-
|
20
|
300
|
300
|
350
|
250
|
-
|
-
|
24
|
350
|
300
|
350
|
300
|
50
|
-
|
28
|
350
|
450
|
450
|
350
|
50
|
-
|
32
|
450
|
450
|
500
|
350
|
-
|
-
|
Jumlah
|
2.300
|
2.600
|
2.950
|
1.950
|
150
|
-
|
· Setelah tanam di lapangan
4.5.2. Perlengkapan Pemupukan
Perlengkapan/peralatan
yang harus disiapkan untuk melaksanakan kegiatan pemupukan adalah :
Ø Mangkok plastik
berukuran 500 cc.
Mangkok Plastik
sebagai takaran penaburan pupuk harus tersedia sesuai dengan jumlah tenaga
kerja yang memupuk, dan mangkok harus seragam.
Ø Ember plastik
berukuran 12 liter.
Ember plastik
sebagai alat untuk membawa sejumlah pupuk dari tempat pengeceran pupuk ke pohon
yang akan dipupuk sesuai jumlah tenaga pemupuk. Ukuran ember 12 liter diharapkan
agar dapat menampung pupuk minimal 10 kg, sebab ember terlalu kecil maka akan
diisi terlalu penuh sehingga pupuk akan tercecer di jalanan.
Ø Timbangan
Timbangan
digunakan untuk menimbang pupuk sesuai dosis dan jenis pupuk yang telah
ditetapkan dan selanjutnya dipindahkan ke mangkok penabur, yang merupakan
takaran yang sesuai dengan dosis yang ditetapkan dan selanjutnya akan
dipergunakan sebagai pedoman ukuran penaburan pupuk. Hal ini perlu dilakukan
untuk setiap jenis pupuk yang akan ditaburkan karena beratnya tidak sama
walaupun volume yang sama.
4.5.3. Organisasi Kerja Pemupukan
Agar pelaksanaan
pemupukan dapat berjalan lancar dan memperoleh hasil yang optimal, maka didalam
pelaksanaannya perlu diorganisir sebagai berikut :
1. Pengecer pupuk
Pengecer pupuk
bertugas mengecerkan pupuk di lapangan pada tempat-tempat yang telah ditentukan
(sesuai peta rencana pemupukan yang sudah disiapkan). Pengeceran pupuk ini
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga penabur pupuk tidak perlu
mondar mandir dalam mencari pupuk yang akan ditaburkan (membuang-buang waktu).
Tenaga pengecer pupuk ini terdiri dari satu regu khusus yang dipimpin langsung
oleh seorang Mandor (Mandor pengecer pupuk).
2. Pembuka
kantong pupuk
Setiap mandoran
(26 orang penabur pupuk) dibantu oleh : 2 orang tenaga pembedah kantong pupuk,
yang tugasnya membuka kantong pupuk dengan pisau.
3. Penabur pupuk
Penabur pupuk
setiap mandoran biasanya terdiri dari 26 orang tenaga kerja yang bertugas
menaburkan pupuk sesuai dengan dosis dan jenis pupuk yang telah ditetapkan.
Setiap mandoran diawasi oleh satu orang Mandor (Mandor Pemupukan).
4. Pengumpul
karung pupuk
Pekerja ditugaskan
mengumpulkan bekas karung pupuk yang sudah ditabur yang jumlahnya harus sama dengan jumlah karung
pupuk yang diecer.
4.5.4. Cara Memupuk
Ada dua cara
memupuk yang umum dipakai pada tanaman kelapa sawit yaitu sistim pocket
(dibenam) dan sistim tabur langsung diatas piringan pohon.
Tehnik penaburan
pupuk agar dilakukan sesuai dengan anjuran sebagai berikut :
Ø Pupuk harus ditabur
ke daerah dimana akar rambut paling banyak, yaitu pada daerah piringan
pohon/disekitar bawah tajuk.
Ø Pupuk yang
ditaburkan harus gembur/remah dan tidak menggumpal terutama pupuk N.
Ø Pupuk harus
ditabur merata pada permukaan tanah piringan pohon.
Ø Penaburan pupuk N
pada tanaman umur 1 bulan, mulai dari pangkal pohon sampai dengan radius 30 cm
dari pangkal pohon.
Ø Pupuk RP tidak
boleh diberikan bersamaan dengan pupuk ZA atau urea, karena diantara kedua
pupuk ini mudah timbul reaksi sehingga akan menghambat ketersediaan
masing-masing unsur hara. Interval waktu pemberian ± 2 minggu.
Ø Pupuk ZA/urea
dapat diberikan pada waktu yang berdekatan dengan pupuk MOP, dolomit/kiserit,
tetapi tidak dianjurkan untuk mencampur ketiga jenis pupuk tersebut, karena
homogenitas campuran tidak terjamin.
Ø Pemberian pupuk
borate dilaksanakan dengan cara menaburkan pada ketiak pelepah daun mulai dari
antara lingkaran II dan III dari daun tombak atau ditabur di tanah.
Ø Sebelum
pelaksanaan pemupukan agar Asisten Afdeling atau Mandor Besar memberi
contoh/peragaan bagaimana menabur pupuk yang benar.
4.5.5. Pengawasan
Pengawasan
dilaksanakan untuk memastikan bahwa semua pekerjaan pemupukan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada setiap kegiatan
pemupukan Asisten Afdeling dan Mandor Besar harus berada di tempat untuk
memantau pelaksanaan pemupukan tersebut sehingga tidak terjadi pupuk tertinggal
di gawangan/areal ataupun pohon tidak terpupuk.
Selain hal
tersebut diatas perlu diperhatikan pula bahwa tidak dibenarkan ada pupuk
menginap di areal, yang diakibatkan pemupukan tidak selesai dilakukan.
4.6. MENUNAS DAN KASTRASI
4.6.1. Menunas
(Tunas Pasir)
Menunas adalah
pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak bermanfaat
lagi bagi tanaman. Sebenarnya dari segi tanaman tidak dibenarkan ada daun yang
masih hijau dibuang atau dipotong, daun-daun tua yang masih hijau menjelang
kering dilihat dari fungsinya sebagai “assimilator” tidak begitu berarti lagi.
Menjelang kering terjadi transport zat makanan dari daun tua ke pucuk, dimana
zat-zat makanan itu dipergunakan untuk pertumbuhan bagian lain, terutama unsur
yang mobil seperti K dan Mg.
Jadi bila daun
yang masih hijau kita potong berarti unsur-unsur yang seharusnya masih bisa
dipergunakan oleh tanaman akan terbuang. Tanaman kelapa sawit muda tidak boleh
ditunas sampai dengan umur 15 bulan, karena jumlah daun sampai umur 15 bulan
masih < 48 daun.
Tujuan menunas
pada TBM kelapa sawit terutama untuk sanitasi pohon. Peralatan yang diperlukan
dalam menunas : chisel berukuran 5 - 7,5 cm. Kemampuan menunas setiap tenaga
kerja adalah 1,5 - 3 Hk per ha per rotasi dengan rotasi setiap 6 bulan sekali.
4.6.2. Kastrasi
Kastrasi dilakukan
terutama pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi
syarat untuk dikirim ke pabrik dan pertumbuhan tanaman kerdil. Kastrasi ialah
pembuangan bunga, baik bunga jantan ataupun bunga betina yang tumbuh pada
tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilaksanakan sejak bunga jantan/betina mulai
keluar dengan tujuan :
·
Merangsang pertumbuhan vegetatif.
·
Untuk mendapatkan buah yang dengan berat/tandan yang
relatif seragam/sama.
·
Memperoleh kondisi tanaman yang bersih, sehingga akan
mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.
Kastrasi ini dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar di
ketiak pelepah daun, sebelum membesar dipotong dengan alat tertentu tanpa
melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun. Rotasi kastrasi satu kali
sebulan, sehingga bunga yang keluar belum banyak menyerap unsur hara dari
tanaman tersebut.
1. Peralatan
kastrasi
Besi cabang kaki
kambing atau chisel berukuran 5 - 7,5 cm khusus untuk bunga yang telah besar
karena terlambat dikastrasi. Tenaga yang diperlukan adalah 1 HK/ha/rotasi.
Tenaga kastrasi dipersiapkan untuk menjadi “pemanen” setelah tanaman memasuki
masa TM.
4.7. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
4.7.1. Hama
Hama-hama tanaman
yang umum dijumpai menyerang tanaman kelapa sawit belum menghasilkan adalah Ulat
Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS), dengan jenis seperti pada Tabel 5.5.
Serangan UPDKS mengakibatkan kelapa sawit kehilangan daun dan akhirnya secara
signifikan akan menurunkan produksi kelapa sawit.
Tabel 5.5. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)
Jenis ulat
|
Populasi kritis (ulat/pelepah)
|
Ulat api:
Setothose asigna
Setora nitens
Darna (Orthocraspeda) trima
Darna (Ploneta) diducta
Darna (Ploneta) bradleyi
Birthosea bisura
|
5-10
5-10
20-30
10-20
10-20
10-20
|
Ulat kantong:
Mahasena corbetti
Metisa plana
|
4-5
5-10
|
Hama lainnya
adalah Kumbang Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Oryctes rhinoceros) yang
hinggap pada pelepah yang agak muda, kemudian menggerek ke arah titik tumbuh
kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm/hari. Apabila
gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mati atau tumbuh tunas
baru satu atau lebih. Hama yang
juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila
serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang.
4.7.2. Penyakit
Penyakit yang umum
dijumpai pada TBM antara lain Penyakit
tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor keturunan dengan
gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan bengkok
bentuknya. Pada daun tombak yang belum membuka terlihat pembusukan berwarna
coklat yang menyebar melalui bagian tengah dan menyebabkan anak daun menjadi
terputus-putus. Kadang-kadang masih terbentuk anak daun yang sempurna, tetapi
seringkali anak daun hancur membusuk sehingga tinggal sisanya saja. Pada bagian
pelepah yang tidak membuka seringkali membusuk, berbercak-bercak dan seringkali
ditumbuhi oleh berbagai cendawan sekunder.
Penyakit Busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot) yang
disebabkan oleh jamur menyerang tandan sehingga menjadi busuk. Faktor yang
mendorong timbulnya penyakit ini antara lain kebersihan tanaman kurang
terpelihara, piringan sempit, penunasan terlambat, defisiensi hara, dan curah
hujan tinggi. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal adanya miselia cendawan
berwarna putih pada kulit buah dan tandan. Cendawan hidup sebagai saprofit pada
sisa-sisa makanan dan akan menjadi parasit kalau lingkungan sesuai. Pada
awalnya cendawan memperbanyak diri di sekitar pangkal batang, kemudian
menyerang tandan buah terbawah.
Tabel 5.6. Dosis dan aplikasi biofungisida Marfu
No.
|
Sasaran
|
Dosis (g/pohon)
|
Cara aplikasi
|
1.
|
Bibit kelapa
sawit
·
Tanah pengisi polibeg main nurseri.
·
Bibit di main nurseri
|
-
10
|
Dicampurkan 1 kg Marfu-P/m3 tanah
Ditaburkan di permukaan tanah di dalam polibeg pada
saat pemindahan bibit ke main nurseri
|
2.
|
Perlindungan Tanaman Muda pada areal tanam Ulang :
· Lubang tanam
· Tanah hasil
galian lubang tanam
· TBM I
· TBM II
· TBM III
|
200
200
200
200
200
|
Dimasukkan ke lubang tanam
Dicampur ke dalam tanah
Ditaburkan pada piringan
Ditaburkan pada piringan
Ditaburkan pada piringan
|
3.
|
Eradikasi Sumber Penularan :
· Rumpukan
rajangan batang tanaman sakit
· Lubang tanaman
sisipan
· Tanah hasil
galian lubang tanaman sisipan
|
200
200
200
|
Ditaburkan
Dimasukkan ke
lubang tanam
Dicampurkan ke
dalam tanah
|
4.
|
Pengobatan Tanaman Sakit dengan gejala awal :
· Lubang di
sekitar pangkal batang tanaman sakit
· Piringan tanaman
sakit
· Piringan 6
tanaman sehat di sekitar tanaman sakit
|
300
200
200
|
Dimasukkan ke
dalam 4 lubang
Ditaburkan
Ditaburkan
|
5.
|
Pengobatan Tanaman Sakit dengan Gejala Lanjut :
· Tanah penimbun
pangkal batang
|
1000
|
Dicampurkan
merata ke dalam 1 m3 tanah
|
Penyakit
yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai
di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan
tropika dan hidup pada berbagai jenis palma. Mengingat hampir semua perkebunan
kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka
kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit BPB. Penularan penyakit dari
pohon ke pohon melalui pertautan antara akar sehat dan akar sakit, atau melalui
spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun tanaman kelapa sawit
muda (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun tanaman kelapa sawit
muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan
akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
menggunakan MARFU-P (Tabel 5.6).
4.8. PERSIAPAN
SARANA PANEN
4.8.1. Jalan Pikul
Jalan pikul dibuat
ditengah-tengah gawangan kelapa sawit. Dibangun secara bertahap yakni setiap 8
baris tanaman 1 jalan pikul, tahap kedua setiap 4 baris tanaman, dan menjelang
panen setiap 2 barisan tanaman. Lebar jalan pikul 1 meter dibuat sepanjang blok
tanaman.
Pembuatan jalan
pikul pada areal penutup tanah kacangan, dapat dilaksanakan secara kimia dengan
menggunakan glyphosate konsentrasi 0,3 % dan rotasi 3 x dalam setahun.
4.8.2. Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH)
Tempat pengumpulan
hasil (TPH) dibuat pada waktu tanaman menjelang dipanen. TPH dibuat pada ujung
jalan pikul dengan aturan setiap 5 jalan pikul dibuat satu TPH, masing-masing
dikedua ujungnya. Dengan cara demikian maka jarak jalan terjauh untuk pamanen
memikul buah dibuat satu TPH, masing-masing dikedua ujungnya. Ukuran TPH adalah 2m x
3m.
4.9. PEMELIHARAAN SARANA JALAN,
TERAS, DAN PARIT DRAINASE
4.9.1. Pemeliharaan Jalan
Jalan produksi dipersiapkan sejak TBM dan pengerasan
dilakukan secara bertahap, sehingga pada saat TM kondisi jalan tersebut telah
sempurna. Pelaksanaan pengerasan jalan setiap tahun 33% dari panjang jalan.
Permukaan jalan selalu diusahakan cembung
untuk mencegah genangan air, dan parit jalan harus selalu dipelihara
agar air dapat mengalir dengan lancar. Perbaikan atau pemeliharaan jalan
dilakukan dengan rotasi 2 kali setahun.
4.9.2.
Pemeliharaan teras/rorak
Teras dipelihara
dengan mengangkat tanah yang longsor dikembalikan ke atas teras. Penambahan
tanah diambil dari dinding teras, rotasi pemeliharaan sekali setahun. Rorak dipelihara dengan cara
mengeluarkan masa tanah yang masuk ke dalam rorak dan menempatkannya kembali ke
atas benteng. Kacangan penutup tanah yang menjalar ke dalam rorak arahnya
dipindahkan ke atas benteng. Rotasi pemeliharaan rorak sama dengan pemeliharaan
teras.
4.9.3.
Pemeliharaan parit drainase
Pemeliharaan parit
drainase bertujuan mengangkat/menggali tanah yang menutup parit, sehingga
ukuran parit tetap seperti semula. Pada areal TBM pemeliharaan parit drainase
dilakukan 2 kali setahun, berdasarkan ukuran parit pemeliharaan parit ini
dikerjakan sebagai berikut:
n Parit ukuran 120 x
60 x 60 cm = 20 m/HK
n Parit ukuran 90 x
45 x 45 cm = 30 m/HK
n Parit ukutan 60 x
30 x 30 cm = 40 m/HK
STOP PRESS !!!!!
MOHON DIBUATKAN PERTANYAAN ATAU STUDI KASUS ATAU CONTOH
KASUS UNTUK MENGGUGAH PESERTA MEMANFAATKAN PENGETAHUANNYA TENTANG TBM DALAM
REALITAS
MOHON JUGA DIBUATKAN LEMBAR KERJA UNTUK PRAKTEK LAPANGAN DALAM RANGKA
MENGEVALUASI SESUAI-TIDAKNYA KINERJAPEMELIHARAAN TBM TEMPAT PRAKTEK DENGAN
NORMA YANG DIANJURKAN
No comments:
Post a Comment